Teman Baik atau Buruk ?



Menurut temen-temen,apakah lingkungan sekitar kita berpengaruh terhadap kebiasaan/ perilaku kita ?? kalau menurtku sih iya ya huehe. Lingkungan sosial menjadi hal yang penting untuk dicermati karena banyak perilaku-perilaku dari para kawula muda yang gampang terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. ( istilahnya kawula muda lah ya biar keren wkwk ). Mulai dari SMP, SMA, sampai Mahasiswa, perilaku dan kebiasaan seseorang biasanya tercermin dari dengan siapa dia biasa bergaul.. Jika bergaul dengan orang yang suka merokok maka sukalah kita dengan rokok. Jika kita bergaul dengan orang-orang yang santai, maka menjadi santailah kita. Jika kita bergaul dengan orang yang disiplin maka disiplinlah kita. Jika kita bergaul dengan orang-orang yang baik maka akan menjadi baiklah kita. Menurutku sebenarnya logikanya sesimpel itu. Akan tetapi, pastinya lingkungan sekitar tidak 100% mempengaruhi perilaku atau kebiasaan kita. Tetap ada faktor internal dari dalam diri kita juga yang mungkin berusaha untuk memfilter atau mempertimbangkan apakah perilaku/ kebiasaan ini bisa masuk kedalam jatidiri kita .
            Setiap lingkungan sosial pada anak muda , yap contohnya anak muda seperti aku ini yang menjadi mahasiswa semester akhir  dan belum lulus-lulus , curhat sedikit :’)wkwk doakan ya kawan-kawan biar cepat lulus:). rata-rata memiliki circle pertemananya sendiri. Istilah kerenya peer group lah ya sedangkan  istilah biasanya (teman sebaya) huehe . Berdasarkan pengalaman pribadiku, circle pertemanan itu sedikit banyak memang mempengaruhi perilaku dan kebiasaanku. Sedikit cerita saja, jadi dikampus UNDIP tercinta ini aku mempunyai banyak circle pertemanan. Ada teman-temanku dari padus ( paduan suara ) misalnya walaupun sering latihan sampai capek akan tetapi cenderung orang-orangnya lebih kalem dan santai karena kegiatanya menyanyi mungkin ya hehe, Teman-temanku dari Senat Mahasiswa yang cenderung serius dan formal , kemudian teman-temanku dari Rohis yang religius  dan  adalagi teman-teman jurusanku di Ekonomi Islam yang menurutku hampir mirip dengan teman-temanku di rohis sih. Kemudian tentunya didalam grup-grup ini atau di organisasi-organisasi ini masih dibagi menjadi banyak circle-circle pertemanan misalnya teman main futsal, teman belajar, teman nongkrong dsb .
            Digrup-grup tadi menurutku memberikan dampak ke diriku pribadi. Pribadiku yang saat ini tak luput dari pengaruh kalian wahai teman-temanku. Aku belajar arti keikhlasan dan semangat juang dari teman-teman padusku, yang mana terkadang mengorbankan diri untuk selalu latihan latihan dan latihan walau kadang kondisi badan tidak fit, tugas menumpuk, kemudian ada tuntutan harus menguasai materi lagu untuk ditampilkan dilomba, konser dan acara-acara lainya.
Kemudian di Rohis aku banyak belajar tentang bagaimana kita bisa berguna dan bermanfaat untuk orang lain , kita harus bisa menjadi orang yang berpengaruh baik bagi orang lain. Nilai-nilai dari Rohis yang masih terngiang-ngiang hingga saat ini yaitu bahwa untuk berdakwah kita tidak harus menceramahi orang di mimbar atau mendakwahi secara langsung , cukup dengan kita berbuat baik kepada orang lain itu sudah lebih dari cukup, karena dengan begitu kita sudah memberikan contoh yang baik untuk orang lain. Akan percuma jika punya ilmu agama tinggi akan tetapi, masih ogah-ogahan membantu teman kita yang sedang butuh bantuan.
 Kemudian di Senat Mahasiswa aku belajar apa arti dari kepercayaan diri dan leadership, disana aku jadi sering berbicara di depan orang banyak, lebih sering berdialektika , sangat lebih sering dibandingkan sebelum-sebelumnya, sampai suatu ketika pernah aku diberi tugas memimpin beberapa sidang di forum2 mahasiswa sampai keringat dingin diawal2 ketika itu,  tapi lama-lama terbiasa juga akhirnya. Pada saat itu aku merasa kalau ini bukan diriku yang sesungguhnya dan memang pada saat di Senat ini lah merupakan titik balik perubahan didalam diriku menjadi orang yang lebih terbuka dibanding sebelumnya. Sebenarnya aku membutuhkan penyesuaian diri yang lebih sulit di organisasi yang satu ini, karena aku merupakan seorang yang cenderung lebih memilih untuk diam daripada berbicara sih huehe.
Dari situ maka aku menyimpulkan, memang lingkungan sekitar itu menurutku mempunyai pengaruh terhadap diri kita. Akan tetapi seberapa besar pengaruhnya tentunya akan berbeda-beda setiap orangnya. Maka dari itu agar tidak terjerumus kedalam lingkungan yang salah, kita harus bisa memilah-milah manakah circle yang memberikan dampak positif terhadap diri kita atau justru memberikan dampak negatif. Jika memang memberikan dampak negatif, ada baiknya kita lebih waspada dan bisa memfilter hal-hal negatif itu tentunya. Misalnya kita sering bersama teman kita yang sudah terbiasa dengan rokok dan alkohol jika kita tidak punya prinsip dan keyakinan yang kuat bahwa itu bukan hal yang baik, bisa saja kita terpengaruh dengan kebiasaan itu. Mungkin cara yang lebih tepatnya menurutku adalah menjauhi mereka-mereka yang punya kebiasaan seperti itu atau jika menjauhi merupakan hal yang terlalu ekstrim,  mungkin bisa mengurangi frekuensi kita berkumpul dengan teman-teman kita yang mempunyai kebiasaan buruk tadi. Tidak semua orang punya fikiran dewasa untuk memilah hal mana yang baik dan buruk tentunya , diluar sana masih banyak yang masih ingin gaya-gayaan, masih banyak pula yang labil dan mudah terpengaruh orang lain. Maka dari itu penting bagi kita untuk menarik/ mengajak  teman kita yang bisa kita jangkau untuk memilih circle yang baik saja.

Sekian dulu yaa, semoga bermanfaat J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mendaki tapi naik motor ???? ( Cerita Pendakian Gunung Telomoyo )

Bertugas Sekalian Dolan Merbabu ( Fepala Undip )